Realita ‘Solu Bolon’ Raja Simatupang di Taput
Taput-ORBIT: Realita pembuatan ‘Solu Bolon’ (perahu
besar) milik pomparan Raja Simatupang yang beberapa minggu terakhir
menjadi kabar yang menggemparkan di Kabupaten Tapanuli Utara tak juga
surut hingga saat ini.
Tak ingin hanya sekadar isapan jempol sebagai sekadar cerita, Orbit
Digital turun langsung ke lokasi asal desas desus ini beredar. Benar
saja, di dusun Tordolok Nauli, desa Sarulla Dolok, Kecamatan Pahae Jae,
Kabupaten Tapanuli Utara (Taput).
Kebenaran tentang kegiatan pembuatan benda ini untuk tujuan penggalian situs budaya Raja Simatupang di daerah ini dilakoni Pomparan Raja tersebut selama satu tahun terakhir.
Kebenaran tentang kegiatan pembuatan benda ini untuk tujuan penggalian situs budaya Raja Simatupang di daerah ini dilakoni Pomparan Raja tersebut selama satu tahun terakhir.
“Tujuan kegiatan ini murni untuk penggalian situs-situs budaya Raja
Simatupang serta suatu kegiatan yang mempersatukan seluruh
keturunannya,” ujar Jusman Sianturi, Perwakilan Keturunan Raja
Simatupang saat diwawancarai Orbit Digital setibanya di lokasi pembuatan
‘Solu Bolon’, Selasa (17/12).
Dijelaskan, proses pembuatan perahu sebagai situs budaya Raja Simatupang ini dimulai pada 7 Januari 2013 lalu.
Setelah hampir satu tahun berlangsung, saat ini pembuatannya sudah
rampung dan segera akan dilanjutkan untuk kegiatan pemindahannya ke
pinggiran Danau Toba di Kecamatan Muara, Taput.
“Ada 2 buah ‘Solu Bolon’ berukuran berukuran besar dengan panjang 21
meter, lebar 110 cm serta tinggi 70 cm, serta 6 buah Solu kecil yang
masing masing memiliki panjang 5 meter, lebar 80 cm serta tinggi 40 cm.
Seluruh benda ini dibuat dengan menggunakan 7 batang pohon Meranti yang
tumbuh di dalam hutan,” papar Jusman.
Menurut Jusman, keseluruhan ‘Solu’ yang ditukangi di kedalaman hutan
yang berjarak sekitar 10 Km, sebelumnya telah dilangsir secara manual
oleh 333 orang keturunan Simatupang menuju jalan desa di dusun Tordolok
Nauli.
“Latarbelakang pembuatan Solu Bolon ini merupakan hasil Musyawarah
keturunan Raja Simatupang yang ingin menggali situs-situs budaya Raja
Simatupang sekaligus untuk mengingat nenek moyangnya yang hijrah dari
Muara ke Sarulla,” ungkapnya.
Sebelumnya, dikatakan Jusman, berdasarkan rencana awal, ‘Solu Bolon’
tersebut harus sudah tiba pada tanggal 8 Desember lalu di Kecamatan
Muara.
Namun karena prosesnya pengangkatannya sangat sulit akibat topografi
alam dan juga melihat kondisi keturunan Raja Simatupang yang terlibat
dalam pengerjaan ini sudah terlihat lelah, maka Panitia kegiatan ini
belum dapat memastikan kapan benda tersebut tiba di tempat tujuannya,
Muara.
Walau soal, keberangkatan rombongan yang menghantarkannya dipastikan dilakukan pada Kamis (19/12) nanti.
Penunjukkan Lewat Mimpi
Informasi yang dihimpun Orbit Digital di lokasi menyebutkan di
kalangan masyarakat keberadaan 2 buah ‘Solu Bolon’ serta 6 buah Solu
kecilnya, dinilai bernuansa magis.
Bahkan, proses pemindahannya ke pinggiran Danau Toba di daerah wisata
Muara, Taput dari lokasi dusun Tordolok Nauli, Sarulla, Kecamatan Pahae
Jae memiliki jarak sekitar 85 kilometer, menambah nilai magisnya.
Karena, sistem pemindahannya yang harus dilakukan secara manual
dengan diangkat dipundak ke 333 keturunan Raja Simatupang ini alias
tidak boleh memakai alat transportasi lainnya.
Demikian juga pembuatannya harus menggunakan kayu jenis Meranti di
dusun Tordolok Nauli yang konon keberadaan kayu Merantinya diketahui
melalui penunjukan lewat mimpi ke salah seorang keturunan Raja
Simatupang.
Laporan|Rinto Aritonang
Editor|M Asril
Editor|M Asril