Kamis, 31 Oktober 2013

HUTAGINJANG LEVEL INTERNASIONAL

HUTAGINJANG MENATAP EVENT BERKELAS INTERNASIONAL

BERAWAL dari tahun 2002 lalu, sejarah pembinaan olahraga gantolle atau handgliding di Sumatera Utara berlanjut hingga saat ini sebuah event besar Piala Bupati Tapanuli Utara terus berlanjut hingga penyelenggaraan ketiga kali yang baru berlangsung 13-18 Juni 2009 lalu.Kala itu, Pemerintah Provinsi Sumatera Utara masih dipimpin Gubernur HT Rizal Nurdin (almarhum) memiliki keinginan mengembangkan olahraga dirgantara khususnya gantolle. Lalu didatangkannya atlet gantolle asal Jawa Barat, guna membela Sumut di cabang olahraga ini guna bertanding di Pekan Olahraga Nasional (PON).Dari sinilah, keinginan kuat untuk semakin mengembangkan olahraga ini timbul, seiring komitmen Dinas Pemuda dan Olahraga Provinsi Sumatera Utara menjadikan gantolle sebagai cabang olahraga yang berprestasi di tingkat nasional.“Pada tahun 2002 lalu, saat itu saya masih menjabat sebagai Kasi Olahraga Masyarakat pada Dinas Pemuda dan Olahraga Provinsi Sumatera Utara. Datang ke saya, dua teman yang juga punya keinginan kuat untuk mengembangkan olahraga gantolle di daerah ini, meminta dukungan fasilitas atau sarana,” kata Kasubdis Sarana dan Prasarana Disporasu, Drs Sujamrat Amro MM.Kedua orang itu, Mayor Kes. Gagarin Aritonang dan Mirza S Batubara. Nama yang terakhir ini adalah atlet gantolle asal Jawa Barat yang dipanggil untuk membela Sumut, yang notabene merupakan putra daerah ini.“Pertama mereka meminta pesawat gantolle, dan Dispora menyediakannya dua buah. Lalu melakukan survey dan latihan kemana-mana, ternyata di Hutaginjang inilah tempat yang cocok untuk lakukan penerbangan hingga akhirnya terwujud event Piala Bupati Tapanuli Utara sejak tahun 2007,” kata Sujamrat.Sekelumit kisah yang dipaparkan Sujamrat pada penutupan Kejuaraan Gantolle Piala Bupati Tapanuli Utara III 2009 lalu, didasari kekagumannya pada perkembangan pembinaan olahraga gantolle terutama ketersediaan sarana dan prasarana yang ada di kawasan Hutaginjang, Kecamatan Muara, Kabupaten Tapanuli Utara. “Inilah yang terbaik di Sumut bahkan Indonesia. Ini berdasarkan pengakuan dari para atlet gantolle nasional yang pernah terbang di sini, karena selain lapangannya yang luas juga pemandangan alamnya yang indah dan lengkap mulai dari perbukitan, persawahan, danau serta lainnya,” ujar pria yang juga Wakil Ketua Gantolle Medan Club ini.Apalagi dengan antusiasme Pemerintah Kabupaten Tapanuli Utara untuk menata lokasi take-off dan landing gantolle di Kecamatan Muara ini, sehingga Pemprovsu melalui Disporasu melobi ke kementerian Pemuda dan Olahraga untuk membantu pendanaannya. “Dan sebagaimana yang dikatakan Bupati pada pembukaan kejuaraan lalu, bahwa pemerintah pusat telah menyetujui bantuan sebesar Rp 1 miliar untuk pembangunan sarana ini, itu harus kita syukuri dan manfaatkan sebaik-baiknya,” ujar Sujamrat yang juga Ketua Umum Federasi Olahraga Masyarakat (FOMI) Sumatera Utara.Bupati Tapanuli Utara Torang Lumbantobing mengatakan, dengan adanya pembangunan sarana olahraga gantolle ini, diharapkan Tapanuli Utara khususnya Kecamatan Muara menjadi daerah tujuan wisata sehingga efeknya bisa meningkatkan perekonomian masyarakat.Karena nantinya, di kawasan Hutaginjang yang mengarah langsung ke Danau Toba dan Pulau Samosir, dengan luas mencapai satu hektar lebih akan dijadikan lokasi take-off representatif dengan sarana-sarana pendukung lainnya. Demikian juga lokasi landing di Desa Sitanggor serta Desa Aritonang, akan dibuat sedemikian rupa sehingga juga berfungsi sebagai lokasi wisata dan olahraga.“Semua bisa terwujud juka segenap masyarakat bahu membahu mendukung rencana ini,” kata Bupati.Dan nyatanya memang, antusiasme masyarakat dibuktikan dengan kemauan mereka menyerahkan tanah adat atau tanah desa yang ada di dua lokasi tersebut, Sitanggor dan Aritonang, untuk dikembangkan menjadi sarana wisata olahraga. Ini ditandai dengan penyerahan sertifikat tanah dari para tokoh desa/tokoh adat kepada Wakil Bupati Bangkit P Silaban saat penutupan Kejuaraan Gantolle Piala Bupati Tapanuli Utara III.Luar BiasaTanggapan dari para atlet maupun pembina cabang olahraga gantolle terhadap lokasi terbang di Muara ini pun, nyatanya sangat positif. “Lapangan di Hutaginjang ini yang terbesar di Indonesia. Sangat luar biasa karena bisa menampung 70 hingga 80 pesawat,” kata Ketua PB Gantolle Ersi Nuzul Firman.“Wah, ini mah luar biasa. Kalau alamnya seperti ini, rasanya kita bisa terbang di manapun. Asal anginnya cocok, kita bisa terbang ke manapun, cross country menyusuri bukit atau ke arah danau lalu balik lagi. Saya juga sangat kagum dengan pemandangan alamnya. Pokoknya luar biasa lah,” sambung Kang Robi, penerbang asal Jawa Barat yang selama kejuaraan diperhatikan paling asyik memandangi panorama dari atas bukit ke daratan serta danau nan luas di bawahnya.Demikian juga dikatakan Aji, penerbang dari Banten. “Memang saat ini masih agak sulit landing di Sitanggor atau Aritonang karena tanahnya yang belum rata. Tapi kalau nanti benar-benar jadi dibenahi, ini akan jadi tempat yang sangat asyik untuk terbang. Apalagi kalau bulannya pas, dimana angin benar-benar mendukung penerbangan. Jadi kita tinggal pilih, mau landing di Sitanggor yang tepat di bawah take-off atau menyeberang bukit menuju Aritonang,” papar atlet yang sudah cukup punya pengalaman terbang di Hutaginjang serta Samosir.Kembali ke Sujamrat Amro, dia mengatakan, dengan apa yang ada saat ini serta proyeksi pembangunannya ke depan, pihaknya punya keinginan kuat untuk menggelar event gantolle bertaraf internasional, mendatangkan penerbang-penerbang asal Australia, Selandia Baru serta negara-negara lainnya. “Melalui event Lake Toba Eco Tourism Sport yang rutin digelar tiap tahun, harapan kami event internasional tersebut bisa diwujudkan. Tentunya dengan dukungan pemerintah daerah, DPRD, tokoh adat, tokoh masyarakat serta seluruh elemen yang ada di Kabupaten Tapanuli Utara ini,” pungkas Sujamrat. (**)













hutaginjang

BEAUTIFUL HUTAGINJANG

INDAHNYA PEMANDANGAN ALAM KECAMATAN MUARA KABUPATEN TAPANULI UTARA SUMATERA UTARA, YANG BERADA DI PINGGIRAN DANAU TOBA, DITATAP DARI KETINGGIAN HUTAGINJANG.











KEINDAHAN MUARA NAULI

Menatap Muara Nauli : KEINDAHAN NAN EKSOTIS DAN LUAR BIASA

SEBUTAN ‘Muara Nauli’ yang artinya ‘Muara yang indah’ memang tak berlebihan diberikan kepada kawasan ini. Memuji alam Muara, bakal tak ada habisnya, karena keindahannya yang penuh tantangan, godaan panorama serta hembusan angin yang menyejukkan, lengkap sebagai suatu kawasan wisata.
Muara adalah salahsatu kecamatan di Kabupaten Tapanuli Utara, Sumatera Utara, yang berada di bagian utara kawasan Danau Toba yang terdiri dari 15 desa dengan jumlah penduduk sekitar 15.171 juta jiwa. Mayoritas penduduknya petani dan nelayan.
Mencapai kawasan Muara, kita bisa melalui jalan darat yang memberi suguhan pemandangan perbukitan menghijau, lembah curam, dan - tentu saja - panorama keindahan Danau Toba yang membiru.
Selain itu, penjelajahan menuju kawasan yang memang identik dengan Danau Toba tersebut, juga dapat dilakukan dengan cara lain yaitu menumpang kapal angkutan kecil yang hampir setiap hari berangkat dari dermaga Balige, Kabupaten Toba Samosir, dengan perjalanan memakan waktu sekitar 1,5 jam.
Sama dengan perjalanan darat, perjalanan lewat kapal ini juga menyuguhkan sajian pemandangan alam yang indah, serta sesekali akan terlihat beberapa nelayan yang sedang menyebarkan jala ikannya. Inilah yang menjadi salah satu potret kehidupan penduduk pinggiran Danau Toba.
Anda kenal dengan mangga Parapat? Sesungguhnya mangga ini banyak dipasok dari kawasan Muara yang memang menjadi potensi khas dan keberadaannya sudah berlangsung dari tahun ke tahun. Biasanya antara bulan Agustus hingga September akan terjadi panen mangga besar-besaran, sehingga mangga Muara yang terkenal manis rasanya itu kerap dijadikan oleh-oleh bagi wisatawan yang sering berkunjung ke kota wisata Parapat.
Keindahan Nan Eksotis
Tapi Muara bukan hanya Muara. Di kecamatan ini, pengunjung dapat melihat beberapa objek wisata yang menarik, di antara panorama indah Hutaginjang yang terletak sekitar 38 km dari Tarutung atau 11 km dari Bandara Silangit Borong-borong. Dari Panorama indah Hutaginjang menelusuri jalan berbelok, seraya menikmati pemandangan indah lahan persawahan, menggiring perjalanan menuju kota Muara. Di sini dapat dinikmati wisata pantai yang telah dilengkapi sejumlah fasilitas seperti rumah makan, restoran, dan hotel berbintang.
Dan, kepuasan berwisata semakin lengkap jika mengunjungi Pulau Sibandang. Pulau yang berada di tengah Danau Toba ini merupakan bagian Kecamatan Muara dan merupakan pulau terbesar kedua di Danau Toba dengan luas sekitar 1.194 hektar dan dihuni sekitar 2.551 jiwa. Di Pulau Sibandang inilah, banyak dijumpai pohon mangga tadi, sehingga pulau ini sering pula dijuluki ‘Pulau Mangga’.
Dua objek wisata inilah yang sangat potensial untuk dikembangkan. Lokasi Pulau Sibandang merupakan salah satu kawasan strategis dan memiliki prospek menjadi resor wisata air. Di sekitar lokasi perairan merupakan lokasi strategis untuk berbagai aktivitas olahraga air seperti parasailing, ski air, jet ski, kano, sampan tradisional, renang dan lain-lain.
Hutaginjang dan Pulau Sibandang, lokasinya juga strategis untuk wisata terbang layang (gantole). Bahkan kereta gantung untuk wisata dari puncak panorama Hutaginjang menuju pulau Sibandang untuk menikmati panorama indah Danau Toba, Pulau Samosir dan Pulau Sibandang, sangat layak dibangun
Khusus untuk kawasan Hutaginjang, sejak 2007 lalu telah digunakan sebagai lokasi take-off kejuaraan gantole dalam rangka Lake Toba Eco Tourism III. Itu berlanjut di tahun 2008 dan tahun ini juga menjadi lokasi kejuaraan Piala Bupati Taput Torang Lumbantobing dalam rangkaian Festival Internasional Pemuda Olahraga Bahari (FIPOB) IV 2009.
Kang Dadang, atlet gantole senior asal Jawa Barat yang ikut berlomba di dua tahun lalu, memuji habis-habisan panorama Hutaginjang yang menurutnya sangat pantas untuk dijadikan lokasi terbang gantole, bahkan kejuaraan bertaraf internasional sekalipun.
“Luar biasa, pemandangannya teramat eksotis. Lengkap paduan pegunungan, dataran rendah yang luas serta perairan danau. Teramat puas terbang di sini, apalagi sambutan masyarakatnya juga luar biasa,” katanya, ketika itu. “Kita sudah merintisnya. Tinggal melihat apakah animo investor akan terpancing untuk melirik Muara, termasuk mengembangkan olahraga wisata di daerah ini,” ujar Mayor Gagarin Aritonang, pengurus dan atlet gantole Fasida Sumut sekaligus putra daerah asal desa budaya Aritonang, yang lokasinya bisa langsung ditatap dari panatapan Hutaginjang. (**)

potensi wisata alam muara nauli

sentosa Lake Resort Muara in Dimun Funky Village

Hutaginjang Bisa Menjadi Lokasi Bertaraf InternasionalMUARA, GobatakBupati Tapanuli Utara, secara resmi membuka kejuaraan terbuka gantolle, di Desa Hutaginjang Kecamatan Muara, dalam rangkaian Lake Toba Eco Tourism Sport III/2007, Rabu ( 30/5) yang diikuti sebanyak 20 peserta dari 6 propinsi, dengan 2 kategori perlombaan , yakni High Performance untuk kelas senior dan kelas intermediate untuk kelas junior.
Kejuaraan terbuka tersebut akan berlangsung selama 4 hari berturut turut, dirangkai dengan perebutan Piala bergilir Bupati Cup Tahun 2007. sementara ke 20 peserta ikut serta adalah Migza Aritonang,Iwan S ( Sumut), Enoh Aji, Fery Masfur (Banten), Herda Eka, Abdul Mustafa (Jawa Timur),Rohmar Sujoko SS, Suharto, Drs Uke Andrianto ( Jawa Tengah), Noviardi,Iskandar Tois,Sahat Putra,Jimmy Febriani (Sumatera Barat), Dadang Kardus , Ahmad Syafruddin (Jawa Barat).

Dadang Kardus atlet senior gantolle yang pernah meraih peringkat tiga dunia di Amerika Serikat Tahun 2006 mengatakan, bahwa Hutaginjang bisa menjadi lokasi pelaksanaan olahraga terbang layang bertaraf internasional, melihat lokasi take off nya yang representative. Namun yang menjadi masalah adalah infrastruktur yang kurang mendukung, misalnya kondisi landing di Desa Aritonang yang kurang bagus sementara lokasinya sangat baik, ujar Dadang.Pada perlombaan tersebut peserta pertama dari Sumut, Mirza Batubara dengan mantap melewati titik Take off dan tiba di Desa Aritonang, sedangkan Drs Oke Andrianto dari Jawa Tengah terjatuh dan mengalami luka akibat kesalahan start dan tidak dapat melanjutkan pertandingan, akibat mengalami luka ringan.
Lead Angin yang tidak stabil dilereng bukit tepatnya di Sitanggor ,3 kilometer dari Shelter Panatapan Muara mengakibatkan para peserta harus ekstra hati hati melakukan take off.Akibat kondisi angin tersebut pertandingan untuk hari pertama hanya menerjunkan 6 atlet terbang layang .“Akan dilanjutkan setelah hasil analisa meteorologi menunjukkan kestabilan/keseimbangan cuaca”,jelas Dian dari Panitia Pertandingan.Sebelumnya, Bupati Tapanuli Utara Torang Lumbantobing menyambut baik penyelengaraan kejuaraan terbang layang di Muara.
Diharapkan kejuaraan ini akan menjadi kalender tahunan Pemkab Taput dan dapat menjadi event internasional.Bupati juga menggambarkan kondisi panorama Danau Toba yang sangat layak dikembangkan menjadi tujuan wisata.”Fasilitas di Muara sangat mendukung untuk penyelenggaraan event bertaraf internasioanl dan akan menjadi sarana mempromosikan Danau Toba, ujar Torang Lumbantobing
Kabupaten Tapanuli Utara memiliki berbagai potensi alam, budaya dan sejarah yang dapat digali serta dilestarikan untuk menjadi salah satu asset dalam mendukung pengembangan sektor pariwisata. Potensi tersebut sangat berhubungan dengan daya tarik dan nilai objek-objek wisata yang tersebar di Taput (Tapanuli Utara) yang terdiri atas objek wisata rohani, wisata alam, sejarah serta wisata hutan.
Dalam pengembangan wisata itu, Pemkab Taput setiap tahunnya berupaya mengadakan pembangunan maupun pembenahan serta perbaikan sarana dan prasarana pendukung yang semuanya dimaksud untuk pengembangan sektor pariwisata dengan tujuan banyak wisatawan yang akan berkunjung ke objek wisata yang ada di Taput.
Dengan pengembangan wisata itu, akan tercipta peningkatan kesempatan kerja dan berusaha bagi masyarakat, peningkatan pendapatan masyarakat/pemerintah dan mendorong pertumbuhan sektor lain.
Mempromosikan wisata itu, Pemkab Taput, beberapa waktu lalu telah melakukan kegiatan gantole (para layang) tingkat nasional di objek wisata Huta Ginjang Taput yang dirangkai dengan pelaksanaan Lake Toba Eco Tourism Sport 2007. Sekaligus memperebutkan tropi bergilir Bupati Taput Torang Lumbantobing. Sehingga kegiatan itu mempromosikan indahnya wisata alam Huta Ginjang Kecamatan Muara Taput. Kejuaraan gantole itu diikuti enam propinsi yaitu Sumut, Jatim, Banten, Jateng, Sumbar dan Jabar.
Lokasi panorama Huta Ginjang terletak sekitar 38 km dari kota Tarutung atau hanya 11 km dari Bandara Silangit dan kampus Bumi Pendidikan UNITA (Universitas Sisingamangaraja XII Tapanuli) Silangit. Apabila pengunjung berada di Huta Ginjang Taput tidak jauh beda apabila berada di objek wisata Sipinsur Desa Pearung Kecamatan Paranginan Kabupaten Humbang Hasundutan.

Karena dari kedua objek wisata itu dapat melihat langsung enam kabupaten yaitu Taput, Humbang Hasundutan,Tobasa, Samosir, Dairi dan Simalungun. Berdiri di lokasi Huta Ginjang seakan berada di angkasa raya. Betapa tidak, dari lokasi itu dapat memandang bebas ke arah Pulau Samosir, Danau Toba, Pulau Sibandang dan areal persawahan serta perumahan di pinggiran Danau Toba. Perlu diketahui, Pulau Sibandang dijuluki sebagai pulau mangga karena sesuai dengan data masyarakat setempat semuanya punya pohon mangga.
Dari panorama indah Huta Ginjang dengan menelusuri jalan berbelok seraya menikmati pemandangan indah persawahan dan perumahan, akhirnya dengan hitungan belasan menit tiba di Muara yang jaraknya hanya 21 km dari jalan negara. Kecamatan Muara memiliki pantai yang cukup landai dan telah berkembang menjadi kota wisata pantai apalagi dengan hadirnya hotel bintang tiga Sentosa Lake Resort milik putra asli Muara Samsul Sianturi SH.
Di samping pusat wisata di kawasan Muara, kota ini juga merupakan pintu gerbang masuk karena dapat ditempuh melalui jalur darat maupun jalur Danau Toba. Kemudian menyebar ke objek wisata lain yaitu Pulau Sibandang dan Istana Raja Sisingamangaraja XII di Baktiraja. Jadi apabila pengunjung pergi ke Baktiraja untuk mengenang Pahlawan Nasional Raja Sisingamangraja XII dapat melalui Muara.
Tidak ketinggalan, pengusaha asal Siborongborong Ir Berman Sianturi juga telah membangun hotel Roma Anugrah berbiaya Rp 6 miliar di Jalan Balige Kecamatan Siborongborong. Yang bisa menampung para pengunjung ke wilayah Tapanuli Utara.
Keindahan Huta Ginjang dan Muara tak perlu diragukan lagi, karena dikelilingi oleh bukit-bukit terjal diantara hijaunya lembah dan keindahan danau yang membentang serta sejuknya udara pegunungan, sungguh sangat menakjubkan. Sehingga dengan hadirnya objek-objek wisata di Taput menjadi salah satu daerah tujuan wisata unggulan di Sumut
.
Pemkab Taput terus berupaya meningkatkan kepariwisataan dengan memberikan perhatian yang amat serius yakni melakukan pembenahan sarana dan prasarana pada setiap objek wisata secara berkelanjutan.

POTENSI WISATA ALAM MUARA NAULI

Sentosa Lake Resort Muara in Dimun Funky Village

Hutaginjang Bisa Menjadi Lokasi Bertaraf Internasional MUARA, GobatakBupati Tapanuli Utara, secara resmi membuka kejuaraan terbuka gantolle, di Desa Hutaginjang Kecamatan Muara, dalam rangkaian Lake Toba Eco Tourism Sport III/2007, Rabu ( 30/5) yang diikuti sebanyak 20 peserta dari 6 propinsi, dengan 2 kategori perlombaan , yakni High Performance untuk kelas senior dan kelas intermediate untuk kelas junior.
Kejuaraan terbuka tersebut akan berlangsung selama 4 hari berturut turut, dirangkai dengan perebutan Piala bergilir Bupati Cup Tahun 2007. sementara ke 20 peserta ikut serta adalah Migza Aritonang,Iwan S ( Sumut), Enoh Aji, Fery Masfur (Banten), Herda Eka, Abdul Mustafa (Jawa Timur),Rohmar Sujoko SS, Suharto, Drs Uke Andrianto ( Jawa Tengah), Noviardi,Iskandar Tois,Sahat Putra,Jimmy Febriani (Sumatera Barat), Dadang Kardus , Ahmad Syafruddin (Jawa Barat).

Dadang Kardus atlet senior gantolle yang pernah meraih peringkat tiga dunia di Amerika Serikat Tahun 2006 mengatakan, bahwa Hutaginjang bisa menjadi lokasi pelaksanaan olahraga terbang layang bertaraf internasional, melihat lokasi take off nya yang representative. Namun yang menjadi masalah adalah infrastruktur yang kurang mendukung, misalnya kondisi landing di Desa Aritonang yang kurang bagus sementara lokasinya sangat baik, ujar Dadang.Pada perlombaan tersebut peserta pertama dari Sumut, Mirza Batubara dengan mantap melewati titik Take off dan tiba di Desa Aritonang, sedangkan Drs Oke Andrianto dari Jawa Tengah terjatuh dan mengalami luka akibat kesalahan start dan tidak dapat melanjutkan pertandingan, akibat mengalami luka ringan.
Lead Angin yang tidak stabil dilereng bukit tepatnya di Sitanggor ,3 kilometer dari Shelter Panatapan Muara mengakibatkan para peserta harus ekstra hati hati melakukan take off.Akibat kondisi angin tersebut pertandingan untuk hari pertama hanya menerjunkan 6 atlet terbang layang .“Akan dilanjutkan setelah hasil analisa meteorologi menunjukkan kestabilan/keseimbangan cuaca”,jelas Dian dari Panitia Pertandingan.Sebelumnya, Bupati Tapanuli Utara Torang Lumbantobing menyambut baik penyelengaraan kejuaraan terbang layang di Muara.
Diharapkan kejuaraan ini akan menjadi kalender tahunan Pemkab Taput dan dapat menjadi event internasional.Bupati juga menggambarkan kondisi panorama Danau Toba yang sangat layak dikembangkan menjadi tujuan wisata.”Fasilitas di Muara sangat mendukung untuk penyelenggaraan event bertaraf internasioanl dan akan menjadi sarana mempromosikan Danau Toba, ujar Torang Lumbantobing
Kabupaten Tapanuli Utara memiliki berbagai potensi alam, budaya dan sejarah yang dapat digali serta dilestarikan untuk menjadi salah satu asset dalam mendukung pengembangan sektor pariwisata. Potensi tersebut sangat berhubungan dengan daya tarik dan nilai objek-objek wisata yang tersebar di Taput (Tapanuli Utara) yang terdiri atas objek wisata rohani, wisata alam, sejarah serta wisata hutan.
Dalam pengembangan wisata itu, Pemkab Taput setiap tahunnya berupaya mengadakan pembangunan maupun pembenahan serta perbaikan sarana dan prasarana pendukung yang semuanya dimaksud untuk pengembangan sektor pariwisata dengan tujuan banyak wisatawan yang akan berkunjung ke objek wisata yang ada di Taput.
Dengan pengembangan wisata itu, akan tercipta peningkatan kesempatan kerja dan berusaha bagi masyarakat, peningkatan pendapatan masyarakat/pemerintah dan mendorong pertumbuhan sektor lain.
Mempromosikan wisata itu, Pemkab Taput, beberapa waktu lalu telah melakukan kegiatan gantole (para layang) tingkat nasional di objek wisata Huta Ginjang Taput yang dirangkai dengan pelaksanaan Lake Toba Eco Tourism Sport 2007. Sekaligus memperebutkan tropi bergilir Bupati Taput Torang Lumbantobing. Sehingga kegiatan itu mempromosikan indahnya wisata alam Huta Ginjang Kecamatan Muara Taput. Kejuaraan gantole itu diikuti enam propinsi yaitu Sumut, Jatim, Banten, Jateng, Sumbar dan Jabar.
Lokasi panorama Huta Ginjang terletak sekitar 38 km dari kota Tarutung atau hanya 11 km dari Bandara Silangit dan kampus Bumi Pendidikan UNITA (Universitas Sisingamangaraja XII Tapanuli) Silangit. Apabila pengunjung berada di Huta Ginjang Taput tidak jauh beda apabila berada di objek wisata Sipinsur Desa Pearung Kecamatan Paranginan Kabupaten Humbang Hasundutan.

Karena dari kedua objek wisata itu dapat melihat langsung enam kabupaten yaitu Taput, Humbang Hasundutan,Tobasa, Samosir, Dairi dan Simalungun. Berdiri di lokasi Huta Ginjang seakan berada di angkasa raya. Betapa tidak, dari lokasi itu dapat memandang bebas ke arah Pulau Samosir, Danau Toba, Pulau Sibandang dan areal persawahan serta perumahan di pinggiran Danau Toba. Perlu diketahui, Pulau Sibandang dijuluki sebagai pulau mangga karena sesuai dengan data masyarakat setempat semuanya punya pohon mangga.
Dari panorama indah Huta Ginjang dengan menelusuri jalan berbelok seraya menikmati pemandangan indah persawahan dan perumahan, akhirnya dengan hitungan belasan menit tiba di Muara yang jaraknya hanya 21 km dari jalan negara. Kecamatan Muara memiliki pantai yang cukup landai dan telah berkembang menjadi kota wisata pantai apalagi dengan hadirnya hotel bintang tiga Sentosa Lake Resort milik putra asli Muara Samsul Sianturi SH.
Di samping pusat wisata di kawasan Muara, kota ini juga merupakan pintu gerbang masuk karena dapat ditempuh melalui jalur darat maupun jalur Danau Toba. Kemudian menyebar ke objek wisata lain yaitu Pulau Sibandang dan Istana Raja Sisingamangaraja XII di Baktiraja. Jadi apabila pengunjung pergi ke Baktiraja untuk mengenang Pahlawan Nasional Raja Sisingamangraja XII dapat melalui Muara.
Tidak ketinggalan, pengusaha asal Siborongborong Ir Berman Sianturi juga telah membangun hotel Roma Anugrah berbiaya Rp 6 miliar di Jalan Balige Kecamatan Siborongborong. Yang bisa menampung para pengunjung ke wilayah Tapanuli Utara.
Keindahan Huta Ginjang dan Muara tak perlu diragukan lagi, karena dikelilingi oleh bukit-bukit terjal diantara hijaunya lembah dan keindahan danau yang membentang serta sejuknya udara pegunungan, sungguh sangat menakjubkan. Sehingga dengan hadirnya objek-objek wisata di Taput menjadi salah satu daerah tujuan wisata unggulan di Sumut
.
Pemkab Taput terus berupaya meningkatkan kepariwisataan dengan memberikan perhatian yang amat serius yakni melakukan pembenahan sarana dan prasarana pada setiap objek wisata secara berkelanjutan.

PARIWISATA , LADANG INDUSTRIALISASI

Pariwisata, Ladang Industrialisasi Saat Ini


ILUSTRASI
Oleh: Muthia Karima
Mahasiswa Ilmu Komunikasi FISIP Unsoed
INDONESIA adalah negara yang sangat kaya dengan potensi kebudayaan dan pariwisata. Dengan pesona alam yang begitu menakjubkan, pemerintah mulai memperhatikan pariwisata di berbagai daerah untuk meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan baik mancanegara maupun lokal. Selain pariwisata, kekayaan ekosistem Indonesia pun banyak dimanfaatkan untuk tujuan penelitian dan pendidikan. Seperti Taman Nasional Bromo Tengger Semeru yang berada di Jawa Timur, Pantai Parangtritis yang berada di Yogyakarta, Pantai Pangandaran yang berada di Jawa Barat, dari beragam daerah lainnya.
Hal ini tentunya berdampak pada meningkatnya jumlah wisawatan asing. Lihat saja di bulan Februari tahun ini, terdapat peningkatan jumlah wisatawan asing sebesar 14,5 persen ketimbang bulan yang sama di tahun lalu. Secara keseluruhan, kunjungan wisatawan asing pada bulan Januari-Februari tahun ini sebanyak 1.292.743 orang. Sedangkan pada Januari-Februari 2012 mencapai sebanyak 1.245.194 orang.
Ketertinggalan Indonesia dalam bidang perekonomian juga mendorong pemerintah menggalakkan industri pariwisata untuk mempercepat proses akseleresi pembangunan. Pemerintah menjadikan pariwisata sebagai sektor andalan sekaligus objek dari proses industrialisasi untuk menggalakkan pembangunan ekonomi. Hal ini pun berlaku baik dalam tingkat nasional maupun lokal. Setiap daerah berusaha mengangkat potensi dan meningkatkan kualitas wisatanya masing–masing. Didukung pula dengan promo melalui teknologi di era modern sekarang ini, sehingga bisa lebih mudah dan cepat.
Harus diakui, pariwisata cukup berhasil mengangkat ekonomi warga. Namun kini pariwisata juga seakan menjadi virus industrialisasi yang semakin gencar menyerang hingga memiliki dampak negatif. Dalam hal pembangunan misalnya. Pembangunan yang sejatinya memberikan kesejahteraan bagi masyarakat justru sebaliknya, seringkali menjadi pihak yang dirugikan sekaligus menjadi korban. Proses peminggiran sekelompok masyarakat atau komunitas pun seringkali terjadi.
Proses peminggiran masyarakat pada sektor pariwisata terjadi diawali dari pembebasan lahan. Seperti yang dikemukakan oleh George Young seorang peneliti industri pariwisata, dampak negatif yang ditimbulkan pariwisata adalah terjadinya perubahan tata guna lahan, di mana tanah yang awalnya digunakan sebagai lahan pertanian, dijadikan hotel. Lebih parah lagi, kebutuhan tanah untuk pembangunan sarana dan fasilitas-fasilitas kepariwisataan seringkali mengakibatkan terjadinya pergusuruan penduduk secara paksa dan tidak adil.
Belum lagi masalah lingkungan, akan banyak sekali kerusakan–kerusakan lingkungan yang akan terjadi baik dalam proses industrialisasi pariwisata, maupun ketika industri pariwisata tersebut sudah rampung berjalan. Sampah pun menjadi isu utama. Kita tentu masih ingat film 5 cm, dan bagaimana dampak yang ditimbulkannya. Meski bukan satu–satunya penyebab, akan tetapi pascakeluar dan booming-nya film ini, jumlah pendaki yang berkunjung ke Semeru meningkat pesat. Begitupun dengan sampah yang dihasilkan, ikut meningkat tajam pula. Ada pula Perayaan Waisak yang belum lama ini digelar, ribuan wisatawan menyerbu Candi Borobudur dan hanya meninggalkan banyak sampah ketika acara selesai.
Selain itu, sisi sosial dan kebudayaan pun akan ikut berubah pula seiring dengan industrialisasi pariwisata. Faktor banyaknya wisatawan yang berkunjung terkadang terpaksa merubah pola dan norma masyarakat sekitar. Sementara wisata dengan kearifan lokal terkadang menjadi polemik tersendiri. Apakah wisata untuk pelestarian budaya lokal ataukah komersialisasi budaya lokal. Hal ini pun akan bermasalah pada pelestarian dan regenerasi dari budaya atau kearifan lokal. Karena yang dipahami belajar dan mempraktikkan kearifan lokal sebagai cara untuk meraup keuntungan, bukan sebagai media pelestarian.
Di balik itu semua, hal yang paling utama adalah bagaimana meningkatkan kesejahteraan penduduk, karena acap kali wisata yang sudah dikelola oleh pemerintah terkadang melupakan masyarakat sebagai komponen utamanya. Terutama permasalahan pengelolaan dan pendistribusian dari hasil yang diperoleh dari wisata yang ada. Entah ke mana larinya. Hanya sedikit atau bahkan tidak ada yang menyentuh penduduk. Paradigma yang terbangun kemudian pun seolah semakin menepikan penduduk. Bahwa penduduk sekitar wisata cukuplah menjadi penyedia barang dan jasa bagi wisatawan untuk meningkatkan ekonomi mereka. Ironis tentunya.
Pembangunan wisata memang penting, akan tetapi yang utama dari tujuan pembangunan tersebut adalah peningkatkan kesejahteraan rakyat, menuju masyarakat yang lebih berdaya. Baik dari segi ekonomi, sosial, maupun budaya. Maka, jika sebuah wisata telah melupakan esensi utamanya, hal yang terjadi adalah sebuah komersialisasi bukan pemberdayaan. (*)
Bagaimana dengan Muara Nauli, Tapanuli Utara Yang Notabene , memiliki Potensial Pariwisata yang hebat, namun terbaikan 

MUARA NAULI

PERJALANAN KE MUARA KAB. TAPANULI UTARA - SUMATERA UTARA

Perjalanan menuju Muara, merupakan perjalanan yang sangat indah pemandangannya serta udaranya yang sangat sejuk. Perajalanan ke sana pada waktu kita tidak terburu-buru, paling enak yaitu perjalanan yang santai. Mari kita mulai perjalanan kita dari Jakarta Ibukota Negara kita.
  
Kita bisa dengan pesawat udara maupun kapal laut menuju Ibukota Provinsi Sumatera Utara, setelah kita sampai di Medan yang berangkat dari Jakarta dengan Pesawat Terbang, yang naiknya dengan kapal laut kita mendarat di Pelabuhan Belawan.
  
Dari dua alat transportasi yang menuju ke Provinsi Sumatera Utara bisa dilanjuti dengan angkutan darat menuju MUARA KAB. TAPANULI UTARA dan bisa juga dengan pesawat terbang kecil dari MEDAN yaitu pesawat maskapai SUSI AIR yang mendarat di Lapangan Udara SILANGIT. Melalui dengan angkutan darat dari MEDAN bisa dengan angkutan bis yang khussus ke MUARA yaitu MUARA NAULI yang di miliki dari putra MUARA.
   
Dengan angkutan darat kita bisa menikmati pemandangan alam, danau toba yang sangat indah dan udara yang sejuk sepanjang perjalanan kita melewati Deli serdang, Tebing Tinggi, Pemantang Siantar, Balige. setelah melewati balige menuju Siborong-borong ada persimpangan yang menuju ke MUARA namanya simpang SILANGIT serta tidak jauh dari Bandara Silangit, dari silangit kita lanjuti perjalanan kita menuju Muara sebelum menuju kesana kita melewati simpangParanginan dan simpang Huta Ginjang tempat pemandangan serta pemancar televisi, setelah melewati simpang tersebut kita menuruni bukit-bukit serta melewati tikungan si delapan karena tinkungan tersebut berbentuk angka delapan pada tikung tersebut kita harus super hati-hati.
  
Dari tikungan delapan kita bisa melihat pemandangan hamparan tanaman padi kalu pas waktu panen, kita bisa melihat pemandangan tersebut berwarna kuning yutkan perjalanan kita. Kita melewati Kampung/Desa/Huta Marga Aritonang serta simpang Marga Simatupang namanya Desa/Kampung/Huta Simatupang sebelum melewati Desa/Kampung/Huta Simatupang ada TUGU PERSATUAN MARGA TOGATOROP.
  
Sesudah kita melewati Kampung/Desa/Huta Simatupang beberapa kilo lagi kita sampai ke Muara, sampai di Muara kita bisa menginap di Hotel bertaraf Bintang Tiga yang juga di miliki dari putra daerah muara tersebut, lokasi hotel tersebut berada di tepi pantainya.Kita bisa beraktifitas berenang dan berspeed bot.

Trip aims estuary, Being trip very beautiful the scenery with the air very cool. Perajalanan there when does we not in a hurry, Cosiest that is trip that relax. Let us begining our trip from our state's capital Jakarta.

We can with also boat aim north sumatra Provinsi's capital, After we reach field that leave from Jakarta with aeroplane, Rise it our sea by water lands at Belawan's port.

From two transportations tools that aim to north sumatra Provinsis can dilanjuti with land transport aim KAB's estuary. TAPANULI north and Can also with little aeroplane from field that is water SUSI's company aeroplane that lands at SILANGIT's air field. Passing with land transport from field can with bus transport khussus to estuary that is NAULI's estuary at has from estuary son.

With our land transport can enjoy nature scenery, Lake toba very beautiful and Cool air along our trip passes by Deli serdang, Tall ledge, Siantar's abstainer, Balige. After pass by balige aim Siborong-borong there intersection that aim to SILANGIT's branch the name estuary with not far from Silangit's airport, From silangit we are lanjuti our trip aims estuary before aim there we pass by simpangParanginan and Huta scenery place Ginjang's branch with television transmitter, After pass by branch we descend hills with pass by bend the eight because tinkungan formed figure of eight in tikung we must super be careful.

From bend eight we can see rice plants rug scenery kalu fit harvest time, We can see scenery rust colored very beautiful with estuary be seen from here after descend from bend eight we can rest a moment, In place tersebutkita can look at lake beauty toba with Pulo Samosir and Time lugger bears up for region each.

After we release tired, We continue our trip. We pass by village/village/Huta Aritonang's clan with the name Simatupang's clan branch village/village/Huta Simatupang before pass by village/village/Huta Simatupang there TOGATOROP's clan coalitions monument.

After we pass by village/village/Huta Simatupang some kilograms again we are to estuaries, Reaching estuary kiata can meginap at hotel bertaraf star three also at has from estuary region son, Hotel location reside in the coast side. We can beraktifitas swim and Berspeed boots.
   

Friday, August 21, 2009

MUARA - SUMATERA UTARA

Kecamatan Muara merupakan Ibukota dari beberapa Desa atau Kelurahan sedangkan letak geografisnya di bawah kaki pegunungan dari pada Bukit Barisan serta berada di pinggir Danau Toba yang begitu indah pemandangannya. Bagi anak rantau yang berasal dari daerah ini tidak akan lupa dari daerah asalnya.
Bagi Pemerintahannya Kecamatan Muara merupakan bagian dari Kabupaten Tapanuli Utara Provinsi Sumatera Utara. Kapasitas di daerah ini, bisa berlayang gantung dari bukit-bukit turun ke arah bawah dari sana bisa kita melihat pemandangan dari layang gantung tersebut.
Selain potensi pemandangan alam pegunungan, danau tobanya, pada sektor Manusianya anak dari Kecamatan Muara banyak berpotensi baik di sektor Pemerintahan Sipil, Militer maupun Swastanya.

Monday, July 27, 2009

Muara merupakan daerah asal muasal beberapa marga yang ada di daerah Tapanuli dari sekian marga batak toba, yang terdiri 3 marga besar yaitu Marga Simatupang, Aritonang dan Siregar menurut cerita 3 marga itu pergi merantau dari tanah asalnya di Pulo Samosir, 3 marga tersebut merupakan dari keturunan lontung.

Daerah Muara di bagi 3 bagian untuk membagi daerah kekuasaan yaitu daerah pantai kebanyak marga Siregar, naik sedikit di kuasakan marga Simatupang, marga Simatupang terdiri marga Togatorop, Sianturi dan Siburian yang dahulu kala tidak dapat kawin/berkeluarga tapi mariboto 3 marga tersebut karena sudah ada melanggar sekarang sudah dapat kawin/berkeluarga dari 3 marga tersebut dan paling atas marga Aritonang yang menguasai, marga aritonang merupakan 3 keturunannya yaitu Ompusunggu, Rajagukguk dan Simaremare.

Maksudnya daerah Muara di bagi 3 daerah merupakan menjaga dari serangan/diserbu oleh lawan/musuh, kalau di serang dari pantai marga Siregar yang menghalau, dari atas marga aritonang yang menghalau.

Estuary is origin origin region some clans exist in Tapanulis' regions of so much clans batak toba, Consist 3 big clans that is Simatupangs' clans, Aritonang and Siregar follows story 3 those clans goes to emigrate from soil originally at Pulo Samosir, 3 clans be from breeds lontung.

Estuary region at for 3 parts to divide powers regions that is coasts regions kebanyak Siregars' clans, Rising few at enforce Simatupang's clan, Simatupang's clan consists Togatorop's clan, Sianturi and Erstwhile Siburian time not marry/berkeluarga but mariboto 3 clans because there [are] break now marry/berkeluarga from 3 clans and Topmost Aritonang's clan that dominate, Clan aritonang be 3 the breeds that is Ompusunggus, Rajagukguk and Simaremare.

Estuary region the purpose at for 3 regions are to watch over from attack/invaded by opponent/enemy, If at attack from Siregar's clan coast that chase away, From on clan aritonang that chase away.

Rabu, 30 Oktober 2013

TEMU KANGEN

Horas angka dongan na di pangarantoan sian Muara. Beberapa teman yang peduli dengan muara membuat wacana temu kangen dan silaturahmi pada bulan desember akhir ini di Muara, sekaligus menjadi urung rembuk bagi optimalisasi potensi pemilihan caleg sian Muara. Mohon kesediaan teman teman agar acara ini bisa terealisasi.mauliate