HUTAGINJANG MENATAP EVENT BERKELAS INTERNASIONAL
BERAWAL
dari tahun 2002 lalu, sejarah pembinaan olahraga gantolle atau
handgliding di Sumatera Utara berlanjut hingga saat ini sebuah event
besar Piala Bupati Tapanuli Utara terus berlanjut hingga penyelenggaraan
ketiga kali yang baru berlangsung 13-18 Juni 2009 lalu.Kala itu,
Pemerintah Provinsi Sumatera Utara masih dipimpin Gubernur HT Rizal
Nurdin (almarhum) memiliki keinginan mengembangkan olahraga dirgantara
khususnya gantolle. Lalu didatangkannya atlet gantolle asal Jawa Barat,
guna membela Sumut di cabang olahraga ini guna bertanding di Pekan
Olahraga Nasional (PON).Dari sinilah, keinginan kuat untuk semakin
mengembangkan olahraga ini timbul, seiring komitmen Dinas Pemuda dan
Olahraga Provinsi Sumatera Utara menjadikan gantolle sebagai cabang
olahraga yang berprestasi di tingkat nasional.“Pada tahun 2002 lalu,
saat itu saya masih menjabat sebagai Kasi Olahraga Masyarakat pada
Dinas Pemuda dan Olahraga Provinsi Sumatera Utara. Datang ke saya, dua
teman yang juga punya keinginan kuat untuk mengembangkan olahraga
gantolle di daerah ini, meminta dukungan fasilitas atau sarana,” kata
Kasubdis Sarana dan Prasarana Disporasu, Drs Sujamrat Amro MM.Kedua
orang itu, Mayor Kes. Gagarin Aritonang dan Mirza S Batubara. Nama yang
terakhir ini adalah atlet gantolle asal Jawa Barat yang dipanggil untuk
membela Sumut, yang notabene merupakan putra daerah ini.“Pertama
mereka meminta pesawat gantolle, dan Dispora menyediakannya dua buah.
Lalu melakukan survey dan latihan kemana-mana, ternyata di Hutaginjang
inilah tempat yang cocok untuk lakukan penerbangan hingga akhirnya
terwujud event Piala Bupati Tapanuli Utara sejak tahun 2007,” kata
Sujamrat.Sekelumit kisah yang dipaparkan Sujamrat pada penutupan
Kejuaraan Gantolle Piala Bupati Tapanuli Utara III 2009 lalu, didasari
kekagumannya pada perkembangan pembinaan olahraga gantolle terutama
ketersediaan sarana dan prasarana yang ada di kawasan Hutaginjang,
Kecamatan Muara, Kabupaten Tapanuli Utara. “Inilah yang terbaik di Sumut
bahkan Indonesia. Ini berdasarkan pengakuan dari para atlet gantolle
nasional yang pernah terbang di sini, karena selain lapangannya yang
luas juga pemandangan alamnya yang indah dan lengkap mulai dari
perbukitan, persawahan, danau serta lainnya,” ujar pria yang juga Wakil
Ketua Gantolle Medan Club ini.Apalagi dengan antusiasme Pemerintah
Kabupaten Tapanuli Utara untuk menata lokasi take-off dan landing
gantolle di Kecamatan Muara ini, sehingga Pemprovsu melalui Disporasu
melobi ke kementerian Pemuda dan Olahraga untuk membantu pendanaannya.
“Dan sebagaimana yang dikatakan Bupati pada pembukaan kejuaraan lalu,
bahwa pemerintah pusat telah menyetujui bantuan sebesar Rp 1 miliar
untuk pembangunan sarana ini, itu harus kita syukuri dan manfaatkan
sebaik-baiknya,” ujar Sujamrat yang juga Ketua Umum Federasi Olahraga
Masyarakat (FOMI) Sumatera Utara.Bupati Tapanuli Utara Torang
Lumbantobing mengatakan, dengan adanya pembangunan sarana olahraga
gantolle ini, diharapkan Tapanuli Utara khususnya Kecamatan Muara
menjadi daerah tujuan wisata sehingga efeknya bisa meningkatkan
perekonomian masyarakat.Karena nantinya, di kawasan Hutaginjang yang
mengarah langsung ke Danau Toba dan Pulau Samosir, dengan luas mencapai
satu hektar lebih akan dijadikan lokasi take-off representatif dengan
sarana-sarana pendukung lainnya. Demikian juga lokasi landing di Desa
Sitanggor serta Desa Aritonang, akan dibuat sedemikian rupa sehingga
juga berfungsi sebagai lokasi wisata dan olahraga.“Semua bisa
terwujud juka segenap masyarakat bahu membahu mendukung rencana ini,”
kata Bupati.Dan nyatanya memang, antusiasme masyarakat dibuktikan dengan
kemauan mereka menyerahkan tanah adat atau tanah desa yang ada di dua
lokasi tersebut, Sitanggor dan Aritonang, untuk dikembangkan menjadi
sarana wisata olahraga. Ini ditandai dengan penyerahan sertifikat tanah
dari para tokoh desa/tokoh adat kepada Wakil Bupati Bangkit P Silaban
saat penutupan Kejuaraan Gantolle Piala Bupati Tapanuli Utara III.Luar BiasaTanggapan
dari para atlet maupun pembina cabang olahraga gantolle terhadap lokasi
terbang di Muara ini pun, nyatanya sangat positif. “Lapangan di
Hutaginjang ini yang terbesar di Indonesia. Sangat luar biasa karena
bisa menampung 70 hingga 80 pesawat,” kata Ketua PB Gantolle Ersi Nuzul
Firman.“Wah, ini mah luar biasa. Kalau alamnya seperti ini, rasanya
kita bisa terbang di manapun. Asal anginnya cocok, kita bisa terbang ke
manapun, cross country menyusuri bukit atau ke arah danau lalu balik
lagi. Saya juga sangat kagum dengan pemandangan alamnya. Pokoknya luar
biasa lah,” sambung Kang Robi, penerbang asal Jawa Barat yang selama
kejuaraan diperhatikan paling asyik memandangi panorama dari atas bukit
ke daratan serta danau nan luas di bawahnya.Demikian juga dikatakan
Aji, penerbang dari Banten. “Memang saat ini masih agak sulit landing di
Sitanggor atau Aritonang karena tanahnya yang belum rata. Tapi kalau
nanti benar-benar jadi dibenahi, ini akan jadi tempat yang sangat asyik
untuk terbang. Apalagi kalau bulannya pas, dimana angin benar-benar
mendukung penerbangan. Jadi kita tinggal pilih, mau landing di Sitanggor
yang tepat di bawah take-off atau menyeberang bukit menuju Aritonang,”
papar atlet yang sudah cukup punya pengalaman terbang di Hutaginjang
serta Samosir.Kembali ke Sujamrat Amro, dia mengatakan, dengan apa
yang ada saat ini serta proyeksi pembangunannya ke depan, pihaknya punya
keinginan kuat untuk menggelar event gantolle bertaraf internasional,
mendatangkan penerbang-penerbang asal Australia, Selandia Baru serta
negara-negara lainnya. “Melalui event Lake Toba Eco Tourism Sport yang
rutin digelar tiap tahun, harapan kami event internasional tersebut bisa
diwujudkan. Tentunya dengan dukungan pemerintah daerah, DPRD, tokoh
adat, tokoh masyarakat serta seluruh elemen yang ada di Kabupaten
Tapanuli Utara ini,” pungkas Sujamrat. (**)